11 February 2009

Teknologi Ferrocement

SEJARAH FEROSEMEN

Teknologi Ferosemen pertama kali diajukan hak patennya oleh Joseph-Louis Lambot tahun 1852 di Perancis dengan membangun 2 perahu pada tahun 1848 dan tahun 1849. Pada tahun 1940, Pier Luigi Nervi, seorang insinyur-arsitek Italia, menghidupkan kembali konsep ferosemen dengan membangun sebuah kapal untuk memancing. Setelah perang dunia ke-2 , Nervi menunjukkan kembali kelebihan ferosemen dengan membangun kapal pancing 165 ton, diberi nama Irene, dengan dinding kapal ferosemen tebal 35 mm yang lebih ringan dibandingkan menggunakan bahan kayu. Pada awal tahun 1960, akhirnya ferrocement dapat diterima secara luas untuk konstruksi kapal laut di Inggris, Selandia Baru, Canada dan Australia. Pada tahun 1968, FAO mengadakan proyek pembuatan kapal ferosemen di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, Uni Soviet.

Definisi Ferrocement
Ferrocement adalah suatu tipe dinding tipis beton bertulang yang dibuat dari mortar semen hidrolis diberi tulangan dengan kawat anyam/kawat jala (wiremesh) yang menerus dan lapisan yang rapat serta ukuran kawat relatif kecil. Anyaman ini bisa berasal dari logam atau material lain yang tersedia. Kehalusan dan komposisi matriks mortar seharusnya sesuai dengan sistem anyaman dan selimut (pembungkusnya). Mortar yang digunakan dapat juga diberi serat/fiber.=

PERBEDAAN FEROSEMEN DENGAN BETON BERTULANG
A. Sifat Fisik
* Lebih tipis
* Memiliki tulangan yang terdistribusi pada setiap ketebalannya
* Penulangan 2 arah
* Matriksnya hanya terdiri dari agregat halus dan semen

B. Sifat Mekanik
* Sifat-sifat seragam dalam 2 arah
* Umumnya memiliki kuat tarik dan kuat lentur yang tinggi
* Memiliki ratio tulangan yang tinggi
* Proses retak dan perluasan retak yang berbeda pada beban tarik
* Duktilitas meningkat sejalan dengan peningkatan rasio tulangan anyam.
* Kedap air tinggi
* Lemah terhadap temperatur tinggi
* Ketahanan terhadap beban kejut lebih tinggi.

C. Proses / pembuatan / pemeliharaan / perbaikan
1. Metode pembuatan berbeda dengan beton bertulang
2. Tidak memerlukan keahlian khusus.
3. Sangat mudah dalam perawatan dan perbaikan
4. Biaya konstruksi untuk aplikasi di laut lebih murah dibandingkan kayu, beton bertulang atau material komposit.

APLIKASI FEROSEMEN DI INDONESIA
Struktur ferosemen yang mudah dikerjakan dan ramah lingkungan sangat cocok untuk diterapkan diberbagai bentuk konstruksi. Bentuk penulangan yang tersebar merata hampir diseluruh bagian struktur memungkinkan untuk dibuat struktur tipis dengan berbagai bentuk struktur sesuai dengan kreasi perencananya.

A. Bangunan Monumental
Bangunan monumental dengan struktur ferosemen pertama kali dibangun adalah Menara Masjid di Jl. Cisitu Lama, Bandung pada tahun 1980. Struktur ferosemen juga digunakan untuk membuat gerbang Kebun Binatang Ragunan pada tahun 1984. Bangunan monumental terbesar di Indonesia dari struktur ferosemen Menara Siger di Bakauheni-Lampung yang dibangun tahun 2006.

B. Bangunan Atap Masjid
Masjid Bagus Kuning Palembang dibangun tahun 1985 dengan bentangan dari sudut ke sudut sepanjang 38 meter. Selain berbentuk kubah, ferosemen ini juga dapat dibentuk datar dengan rib pengaku seperti pada Masjid Al Abror Bandar Lampung.


C. Jembatan Pejalan Kaki
Jembatan bambu-semen pertama kali dibuat tahun 1978 di Buniwangi, Pelabuhan Ratu dengan bentang 7,8 meter. Jembatan ini dibangun menggunakan tulangan utama bambu yang dilapisi dengan kawat jala dan mortar.

D. Irigasi
Melalui studi model di ITB pada tahun 1982, percobaan pertama dimulai di Sumatera Utara pada Tidal Rice Project yaitu pembangunan Flap Gate untuk irigasi. Selanjutnya ferosemen juga digunakan untuk membuat saluran irigasi pracetak di Cisadane Jawa Barat dan juga di Bekri-Rumbia Lampung.

E. Tangki dan Bak Air
Pusat Peneliti Teknologi ITB dengan nama DTC pada tahun 1970-an, banyak sekali membangun tangki air baik dari ferosemen maupun bambu- semen. Bak air dan kamar mandi fero dan bambu- semen dibangun di daerah pedesaan Jawa Barat.

F. Perahu dan Dermaga
Aplikasi ferosemen di bidang maritim adalah berupa perahu yang dibuat tahun 1983 dan digunakan untuk memancing. Setelah beberapa tahun digunakan, perahu ini mengalami kerusakan pada bagian dindingnya. Sebagian kawat jala mengalami karat dan mortarnya terlepas dari kerangka perahu. Perbaikan dilakukan dengan cara mengganti bagian kawat jala yang berkarat dan melepa kembali dengan mortar. Ferosemen dapat juga digunakan untuk membuat dermaga. Panel-panel ferosemen dicetak didaratan, kemudian dirangkai jadi satu dengan balok dan kolom yang sduah terpasang di lokasi dermaga.

Sejak tahun 1980/81 mulai dikembangkan kapal surya di Indonesia untuk bentuk kapal semen ferro (ferrocement). Uji kapal semen ferro (tanpa layar) telah dilakukan terhadap kapal dengan kemampuan 50 DWT. Uji coba ini ditingkatkan untuk pengembangan kapal semen ferro model kapal surya dengan kapasitas 900 ton. Dari pengalaman ini di Surabaya diharapkan pengembangan kapal surya untuk bahan baku baja dengan kemampuan 200 DWT.

Prototip Kapal Layar Motor Ferrocement sebagai model kapal surya (900 ton) yang dinamakan "Maruta Jaya Experiment" telah dibuat. Kini kapal "Maruta Jaya" masih terus diuji coba dan terus dikembangkan. Rencana Induk laboratorium Hidrodinamika di Surabaya dilanjutkan pengembangannya dalam tahun 1985/86. Kini sedang dikembangkan konsep kebijaksanaan yang menunjang Industri Maritim dan Perkapalan di Indonesia. Selain itu kegiatan evaluasi teknis perkapalan diadakan dalam melayani kebutuhan pemerintah maupun swasta dalam pengadaan kapal melalui sistem.

PENUTUP
Setelah 27 tahun dikenalkan di Indonesia, kini teknologi ferosemen telah diaplikasikan dalam berbagai jenis dan bentuk struktur di berbagai pelosok wilayah Indonesia. Teknologi ferosemen mudah dipelajari dan dapat menggunakan bahan lokal yang tersedia banyak di Indonesia. Sebagian masyarakat pedesaan sudah memodifikasi struktur ferosemen dengan menggunakan bahan bambu sebagai kerangka tulangannya. Pada awal perkembangannya, ferosemen digunakan untuk membuat tangki air, atap bangunan masjid, saluran irigasi, perahu, dermaga dan konstruksi monumental dengan tenaga manusia untuk membangunnya. Sekarang dengan perkembangan teknologi memungkinkan ferosemen untuk diproduksi secara massal dengan system pracetak dan dapat digunakan sebagai bagian dari struktur rumah ataupun gedung.

di edit dari sumber : ferro9.unila.ac.id

1 Comentário:

Anonymous said...

Bagus Pak artikelnya....mohon copy ya.

yirfan © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO